Woensdag 29 Mei 2013

Andi Dolphin



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Anemia ( bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh . keadaan ini sering menyebabkan energi dalam tubuh menjadi menurun sehingga terjadi 5L atau lemah, lesu, lemas, lunglai, dan letih. Dalam hal ini orang yang terkena anemia adalah orang yang menderita kekurangan zat besi. Seseorang yang menderita anemia akan sering mengalami keadaan pusing yang sedang hingga berat dikarenakan Meningkatnya penghancuran sel darah merah, Pembesaran limpa, Kerusakan mekanik pada sel darah merah, Reaksi autoimun terhadap sel darah merah : Hemoglobinuria nokturnal paroksismal, Sferositosis herediter, Elliptositosis herediter. Seseorang yang sering mengalami anemia di sebabkan karena pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

B.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk menempuh mata pelajaran Kesehatan Reproduksi
2.      Menambah pengetahuan dan wawasan

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh (kamus bahasa indonesia). Berikut pengertian anemia menurut para ahli diantaranya :
·         Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999)
·         Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral FE sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, Jilid 2 edisi 3, Jakarta 1999).
Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah (Anonim). Anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium.
1.      Nilai Hb normal
a)      Pria              : 13.8 - 17.2 gram/dl
b)      Wanita         : 12.1 – 15.1 gram/dl

2.      Nilai Hb anemia
a)      Pria              : <13.8 – 17.2 gram/dl
b)      Wanita         : <12.1 – 15.1 gram/dl
(WHO.2008)
Klasifikasi anemia
1.      Anemia mikrositik hipokrom
·         Anemia defisiensi besi
·         Anemia penuakit kronik
2.      Anemia makrositik
·         Defisiensi vitamin B12
·         Defisiensi asam folat
3.      Anemia karena perdarahan
4.      Anemia hemolitik
5.      Anemia aplastik
(Arif Masjoer, Kapita Selekta, Jilid I edisi 2, Jakarta, 1999)

B.     Etiologi/ Penyebab
Penyebab umum dari anemia:
1.      Perdarahan Hebat
Akut (mendadak)
·         Kecelakaan
·         Pembedahan
·         Persalinan
·         Pecah pembuluh darah
Kronik (menahun)
·         Perdarahan hidung
·         Wasir (hemoroid)
·         Ulkus peptikum
·         Kanker atau polip di saluran pencernaan
·         Tumor ginjal atau kandung kemih
·         Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
2.      Berkurangnya pembentukan sel darah merah
·         Kekurangan zat besi
·         Kekurangan vitamin B12
·         Kekurangan asam folat
·         Kekurangan vitamin C
·         Penyakit kronik
3.      Meningkatnya penghancuran sel darah merah
·         Pembesaran limpa
·         Kerusakan mekanik pada sel darah merah
·         Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
·         Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
·         Sferositosis herediter
·         Elliptositosis herediter
·         Kekurangan G6PD
·         Penyakit sel sabit

C.    Patofiologi
Ada beberapa mekanisme yang mendasari terjadinya anemia pada usila, yaitu:
1)      Penurunan kinerja sumsum tulang: sumsum tulang, meskipun sepanjang hidup selalu dinamis dalam memproduksi sel darah merah dan mereplikasi diri (self-replication) untuk menunjang fungsinya, sumsum tulang tetap saja melalui periode penurunan fungsi secara fisiologis ke tahap yang drastis. Dimana periode ini disebut tahap inovulasi sumsum tulang. Pada tahap ini yang mencolok ialah penurunan daya replikasi sumsum tulang sehingga baik stroma sumsum tulang yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel induk (pluripoten) maupun kecepatan diferensiasi sel-sel progenitor untuk mencapai maturitas, akan menurun. Dampak globalnya ialah terjadi penurunan sintesis sel darah merah. Hal inilah yang mendasari betapa mudahnya seorang usila terkena onset anemia.
2)      Penyakit kronis yang mendasari: adanya penyakit kronis pada seorang usila, mempercepat dimulainya anemia. Di samping itu, dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa faktor-faktor pembekuan menurun seiring usia, juga sistem imunitas tubuh yang kian menurun, sehingga mempersulit terjadinya suatu tahap penyembuhan. Penyakit kronis, yang notabenenya adalah onset perdarahan, akan sulit disembuhkan pada kondisi usila dengan gangguan faktor pembekuan dan imunitas. Perdarahan yang terjadi semakin lama, semakin kronis. Anemia yang terjadi biasanya ialah anemia defisiensi besi akibat perdarahan kronis.
3)      Penurunan sintesis eritropoietin: kemampuan ginjal dalam berbagai fungsinya akan terus menurun seiring proses penuaan, termasuk kemampuannya dalam mensintesis eritropoietin. Kompensasi tubuh hanya mampu menghasilkan 10 % eritropoietin apabila ginjal tidak memproduksinya. Kekurangan eritropoietin yang merupakan faktor pertumbuhan sel darah merah, mengakibatkan  progenitor eritroid tidak berdiferensiasi menjadi sel darah merah. Kekurangan sel darah merah mengakibatkan kekurangan hemoglobin, sehingga terjadi anemia.
4)      Proses autoimun: kadangkala ada proses autoimun yang mendasari terjadinya anemia. Sel-sel parietal lambung yang akibat proses autoimun mengalami atrofi, mengakibatkan lambung menjadi tipis dengan infiltrasi sel plasma dan limfosit, sehingga berdampak pada penurunan cadangan faktor intrinsik di parietal lambung. Dimana faktor intrinsik yang menurun di parietal lambung ini mengakibatkan ileum sedikit menyerap vitamin B 12. Dampaknya terjadi anemia megaloblastik (anemia pernisiosa).
5)      Kurang intake: pada usila, penurunan nafsu makan secara fisiologis akan terjadi. Apabila sampai ke periode tersebut, meskipun sedikit berpengaruh terhadap kurangnya intake atau asupan, faktor ini masih dipertimbangkan karena faktor diet yang buruk tidak jarang mengakibatkan anemia, terutama anemia defisiensi besi. Anemia yang disebabkan akibat kurang nafsu makan sehingga kurang asupan, akan memperburuk percepatan tingginya nafsu makan lagi karena anemia sendiri tidak hanya sebagai akibat dari kurang nafsu makan, tetapi juga sebagai penyebab kurangnya nafsu makan. Hasilnya, keadaan ini menjadi suatu lingkaran setan.

D.    Penatalaksanaan/Penanganan
1.      Penanganan
a)      Bila Anda merasakan gejala anemia di atas dan orang-orang di sekeliling Anda melihat Anda tampak pucat dan lelah, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan menanyakan kebiasaan makan Anda dan obat yang sedang Anda minum. Anda lalu akan mendapatkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menentukan apakah terdapat anemia dan apa penyebabnya.
b)      Penanganan anemia tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah kekurangan zat besi, dokter akan mencari tahu dan mengatasi penyebab kekurangan tersebut. Suplemen zat besi dalam bentuk tablet atau sirup mungkin diberikan. (Bila anemia disebabkan oleh masalah penyerapan pasca- operasi gastrektomi, pemberian suplemen akan diberikan secara intramuskular atau intravenal).
c)      Pemulihan biasanya berlangsung enam hingga delapan minggu setelah penanganan. Setelah anemia tertangani, Anda masih akan terus menerima asupan suplemen zat besi hingga beberapa bulan untuk menjaga kondisi. Tinja Anda akan berwarna hitam selama perawatan.
d)     Bila anemia disebabkan penyakit tertentu, satu-satunya solusi adalah menyembuhkan penyakitnya.
e)      Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut jantung cepat, nafas tersengal dan pingsan mungkin harus segera ditangani dengan transfusi darah.

2.      Penatalaksanaan
a)      Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai.
b)      Pemberian preparat Fe: fero sulfat 3 x 325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap. Pada pasien yang tidak kuat, dapat diberikan bersama makanan.
Fero glukonat 3 x 200 mg secsra oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara perenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap g% penurunan kadar Hb dibawah normal. 
Iron dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara intramuskuler mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan. Dapat pula diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit tidak menimbulkan reaksi, boleh diberikan 250-500 mg.

E.     Nursing Care Plan
DIAGNOSA
P E R E N C A N A A N
T U J U A N
I N T E R V E N S I
R A S I O N A L
Intoleren aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan :
§  Sering pusing
§  Cepat lelah
§  Mata berkunang-kunang
§  Gelisah
§  Tidak bisa beraktivitas
§  Nyeri dada
DO : klien tampak terlihat :
§  Pucat
§  Gelisah
§  Cemas
§  Nafas pendek
§  Konjungtiva anemis
§  Sulit dalam melakukan aktivitas
TTV
§  TD : mengalami penurunan (Dws: 120/80 mmHg)
§  N : lemah (Dws: 60-100x/menit)
§  R : meningkat (Normal: 12-20x/menit)
§  SB : meningkat ( Normal : 370C )


Pemeriksaan Lab.
§  Hb : kurang dari normal ( Nilai normal, L : 13,5-18 gr % P : 12-16 gr % )
§  LED : meningkat ( Nilai normal, L : 0 – 15 mm/jam P : 0 – 20 mm/jam )
§  CT (Pembekuan) : memanjang ( Nilai normal, 5 – 11 menit )
§  BT (Pendarahan) : memanjang ( Nilai normal, 1 – 7 menit )
§  Retikulosit : kurang dari 1 % ( Nilai normal, Dws : 0,2-2 % Anak : 4-6 % )


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, toleransi klien terhadap aktivitas meningkat, dengan criteria :
1. klien dapat beraktivitas secara mandiri

2. observasi TTV dalam batas normal
Mandiri
1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas

2. kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot

3. monitor TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Catat respon terhadap tingkat aktivitas (mis. Penigkatan denyut jantung/TD, distritmia, dispnea, takipnea, dsb.)

4. berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Monitor dan batasi pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tidak direncanakan.

5. ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing

6. prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas

7. berikan bantuan dalam aktivitas/ambulansi bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanayk mungkin

8. rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi

9. gunakan tekhnik penghematan energi, mis. Mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas

10. anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi

1. mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan

2. menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien atau resiko cedera

3. manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

4. meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru

5. hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut, dan peningkatan resiko cedera

6. mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regang pada sistem jantung dan pernapasan

7. membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.

8. meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meningkatkan harga diri dan rasa terkontrol

9. mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan

10. regangan/stress kardiopulmonal berlebihan atau stress dapat menimbulkan dekompensasi atau kegagalan

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan :

DS : klien mengatakan :
§  Sering pusing
§  Cepat lelah
§  Mata berkunang-kunang
§  Gelisa
§  Sesak nafas
§  Nyeri dada
DO : klien tampak terlihat :
§  Pucat
§  Gelisah
§  Bunyi nafas tidak teratur
§  Cemas
§  Lemah
§  Nafas pendek
§  Bernafas menggunakan cuping hidung
§  Mukosa bibir sianosis
§  Konjungtiva anemis
TTV
§  TD : mengalami penurunan (Dws: 120/80 mmHg)
§  N : lemah (Dws: 60-100x/menit)
§  R : meningkat (Normal: 12-20x/menit)
§  SB : meningkat ( Normal : 370C )
Pemeriksaan Lab.
§  Hb : kurang dari normal ( Nilai normal, L : 13,5-18 gr % P : 12-16 gr % )
§  LED : meningkat ( Nilai normal, L : 0 – 15 mm/jam P : 0 – 20 mm/jam )
§  CT (Pembekuan) : memanjang ( Nilai normal, 5 – 11 menit )
§  BT (Pendarahan) : memanjang ( Nilai normal, 1 – 7 menit )
§  Retikulosit : kurang dari 1 % ( Nilai normal, Dws : 0,2-2 % Anak : 4-6 % )



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, proses pertukaran gas pada klien kembali normal, dengan criteria :
1. klien menunjukkan perbaikan ventilasi

2. frekwensi dan pola nafas normal

3. klien tidak menunjukkan adanya sianosis

4. klien berpatisispasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa kelemahan dan kelelahan
Mandiri
1. kaji tingkat kesadaran atau fungsi mental secara teratur

2. kaji toleransi aktivitas: batasi aktivitas dalam tolerasnsi pasien atau tempatkan pasien pada tirah baring. Bantu dalam mobilitas sesuai kebutuhan.

3. dorong pasien untuk memilih periode istirahat dan aktivitas. Jadwalkan periode istirahat sesuai indikasi.

4. peragakan dan dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis., bimbingan imajinasi dan visualisasi.

5. tingkatkan masukan cairan yang adekuat mis., 2-3 L/hari dalam toleransi jantung.

6. batasi pengunjung atau staf.

Kolaborasi
7. berikan suplemen oksigen lembab sesuai indikasi

8. lakukan atau bantu fisioterapi dada, IPPB, dan spirometri intensif.

9. berikan pak SDM atau transfuse tukar sesuai indikasi.

10. berikan obat sesuai indikasi :
Antiperetik, contoh asetaminofen (Tylenol)

Antibiotik

1. jaringan otak sangat sensitive pada penurunan oksigen dan dapat merupakan indicator dini terjadinya hipoksia

2. penurunan kebutuhan metabolic tubuh menurunkan kebutuhan oksigen/derajat hipoksia

3. melindungi dari kelelahan berlebihan. Menurunkan kebutuhan oksigen/derajat hipoksia

4. relaksasi menurunkan tegangan otot dan ansietas dan kebutuhan metabolic untuk oksigen

5. masukkan yang mencukupi perlu untuk mobilisasi sekret dan mencegah hiperviskositas darah/sumbatan kapiler

6. melindungi dari potensial sumber infeksi pernapasan

7. memaksimalkan transport oksigen ke jaringan, khususnya pada adanya gangguan paru/pneumonia

8. dilakukan untuk mobilisasi sekret dan meningkatan pengisian udara area paru

9. meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, melarutkan persentase hemoglobin S (untuk mencegah sabit), memperbaiki sirkulasi, dan merusak sel sabit. SDM kemasan biasanya digunakan karena kurang dapat membuat kerja berlebihan dari sirkulasi. Catatan: transfuse sebagian pada individu resiko tinggi, mis., luka kaki berat, kronis, persiapan untuk anastesi umum, kehamilan trimester III

11. mempertahanankan normotermi untuk menurunkan kebutuhan oksigen metabolic tanpa mempengaruhi pH serum, yang dapat terjadi karena aspirin

Antibiotic spectrum luas dimulai dengan segera sambil menanti hasil kultur infeksi yang dicurigai, kemudian mungkin diubah bila patogen khusus teridentifikasi.










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah (Anonim).anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Banyak cara penangan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ini salah satunya adalah pemberian fe, dan lain-lain.

B.     Saran
Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh Tuhan Maha Esa, maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan diertahankan. Sebelum mengobati lebih baik mencegah.










DAFTAR PUSTAKA
Artikel anemia/24 Nopember,2011/ blogspot
Buku penyakit anemia /24 Nopember,2011
Arif Mansjoer. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes Cv Lapius FKUI.
Marlyn E. Doenges, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.